Rabu, 14 Februari 2018

Menganalisis Puisi “Karangan Bunga” Karya Taufik Ismail




A.   Pengertian Analisis Puisi
Arti istilah analisis (analysis) dianggap berkaitan erat dengan pengertian evaluasi terhadap situasi dari sebuah permasalahan yang dibahas, termasuk di dalamnya peninjauan dari berbagai aspek dan sudut pandang. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam.

B.  Analisis Puisi “Karangan Bunga” Karya Taufik Ismail
Karangan Bunga

Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke salemba
Sore itu.

“Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi.”

1.      Latar Peristiwa Pembuatan Puisi oleh Pengarang
Puisi singkat ini menggambarkan kejadian setelah terjadinya peristiwa penembakan terhadap seorang mahasiswa Universitas Indonesia, oleh pasukan Tjakrabirawa. Penembakan ini terjadi saat Alm. Arief Rahman Hakim berhasil menerobos pagar betis di Istana Negara dan menuntut keras pada Presiden Indonesia saat itu untuk membubarkan PKI beserta ormas-ormasnya. Tuntutan mahasiswa yang tak dipenuhi Presiden ini membuat suasana semakin pecah dan berujung pada tertembaknya Alm. Arief Rahman Hakim.
Kejadian ini sontak mengundang simpati dan duka seluruh rakyat Indonesia, bahkan simpati dari mereka yang tak paham akan apa yang terjadi dibalik demonstrasi ini. Mereka yang tak tahu-menahu ini digambarkan Taufiq dengan sosok ‘Tiga anak kecil’. Ketiga anak yang masih lugu dan ‘malu-malu’ ini hanya mengerti bahwa ini adalah kejadian yang menyedihkan dan tragis sebab seseorang telah meninggal.
Anak-anak yang polos ini datang ke Kampus UI Salemba, yang merupakan basis mahasiswa dalam melakukan aksi demonstrasinya, untuk menunjukkan belasungkawa. Karangan bunga berpita hitam yang mereka bawa semakin menegaskan suasana berkabung yang terjadi di tempat itu. Warna hitam pun disorot di dalam puisi ini untuk menggambarkan duka yang terjadi.
Alm. Arief Rahman Hakim disebut sebagai ‘Kakak’ di dalam puisi ini seakan-akan Arief adalah kakak kandung mereka sendiri. Hal ini menggambarkan kedekatan emosional anak-anak tersebut dengan Arief, bahwa apa yang dilakukan Arief adalah tindakan yang lumrah dilakukan seorang kakak untuk melindungi adik-adiknya dari kesengsaraan yang mereka alami.

2.      Parafrase Puisi “Karangan Bunga”
Ada tiga orang anak kecil. Melangkah dalam langkah yang malu-malu. Mereka bertiga datang ke Salemba (Universitas Indonesia), pada sore hari tadi. Semua ini adalah pemberian dari kami bertiga dengan pita hitam yang diikatkan pada sebuah karangan bunga. Sebab kami ikut berduka dan merasa sedih. Ini adalah sebuah rasa kepedulian bagi kakak yang ditembak mati karena berdemo memperjuangkan HAM lain. Pada siang tadi.

3.      Pengartian Tiap Bait
 bait 1 
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu
Artinya :Pada suatu sore datanglah tiga anak kecil ke Salemba dalam langkah malu-malu
bait 2 
 Ini dari kami bertiga  
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang di tembak mati
Siang tadi
Artinya :Orang bertiga itu menyerahkan sebuah karangan bunga yang berpita hitam.Karangan bunga diserahkan sebagai “tanda ikut berduka cita” terhadap kakak mereka(orang yang di anggap kakak) telah di tembak mati siang hari

4.      Analisis Unsur Instrinsik Puisi “Karangan Bunga”
a.      Tema
Tema dari puisi berjudul Karangan Bunga karya Taufik Ismail adalah kepahlawanan.
Bukti :
“Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi.”


b.      Nada dan Suasana
Puisi berjudul Karangan Bunga menggunakan nada sedih, karena penyair mengarang puisi ini dalam keadaan bela sungkawa. Sedangkan suasana haru, karena pembaca akan tersentuh hatinya dengan diksi-diksi yang dibuat sedih oleh penyair.

c.       Rima
Puisi ini berima bebas.
Bukti :
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
 Datang ke Salemba
 Sore Itu
 “Ini dari kami bertiga
 Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi.”

d.      Diksi
Puisi ini mempunyai kata-kata denotasi (lugas) dan mudah dipahami.

e.       Citraan
Puisi ini menggunakan citraan penglihatan.  Dalam puisi ini menggunakan citraan penglihatan .Hal ini terdapat dalam
"Tiga anak kecil melangkah malu-malu datang ke Salemba sore itu.”
Citraan yang menggunakan Penglihatan karena tiga anak kecil melangkah hanya bisa dilihat.



f.       Majas
Majas yang digunakan dalam puisi ini adalah majas perbandingan/asosiasi. Hal ini terlihat pada bait pertama baris pertama ”Tiga Anak Kecil” yang menggambarkan tiga tuntunan rakyat (Tritura). Juga terdapat pada judul puisi itu sendiri serta pada bait kedua baris kedua ”Pita Hitam Pada Karangan Bunga” . Hampir semua kalimat dalam puisi ini menggunakan majas asosiasi.
Majas Metafora juga digunakan dalam puisi ini. diumpamakan “Tiga Anak Kecil”seperti Mahasiswa yang sedang berjalan datang ke Salemba dengan malu-malu.

g.      Menentukan perasaan pengarang
bait 2,baris 1-4 dalam puisi terasa sedih,berduka

h.      Amanat
Amanat yang terkandung dalam puisi ini adalah hendaknya kita selalu mengingat atau mengenang jasa para pahlawan yang rela berkorban untuk negara.

5.      Gaya Bahasa Puisi Karangan Bunga Karya Taufiq Ismail
a.      Sudut Pandang
Taufiq menggunakan dua sudut pandang di puisi ini. Di 4 baris pertama ia menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Tampak dari penggunaan kata ganti ‘Tiga anak kecil’ di baris pertama, yang sama artinya dengan ‘mereka’.
Sedangkan untuk 5 baris terakhir, Taufiq menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal ini tergambar jelas dari penggunaan kata ‘kami’ di baris ke-5 dan ke-7, seolah-olah sang penulis juga merupakan salah satu dari tiga anak kecil tersebut.


b.      Simbolisme
Cukup banyak simbolisme yang digunakan di dalam puisi ini meskipun puisi ini tidak terlalu panjang. Dari judul saja ‘Karangan Bunga’ sudah menggambarkan duka yang terjadi dibalik penulisan puisi ini.
Berikutnya adalah penggunaan subyek ‘Tiga anak kecil’ yang digunakan untuk mewakili pihak-pihak tak bersalah dan tak tahu-menahu akan apa yang diketahui oleh mahasiswa-mahasiswa pendemo ini. Akan tetapi ‘tiga anak kecil’ ini mengerti tragedi apa yang sedang terjadi, yaitu penembakan. Kata ‘malu-malu’ yang digunakan pun semakin menegaskan kenaifan dan kepolosan anak-anak tersebut.
‘Pita hitam pada karangan bunga’ mewakili suasana duka yang ada. Seperti yang kita telah ketahui, saat seseorang meninggal pasti akan banyak karangan bunga duka cita yang diantar ke kediaman orang yang meninggal tersebut. Warna ‘hitam’ disini sengaja dipilih untuk mewakili kesedihan yang ada, sebab warna hitam merupakan simbol warna universal yang mewakili kesedihan, kehilangan, dan kepedihan.
Terakhir adalah simbol ‘siang tadi’ yang mewakili kejadian yang terjadi di siang hari sebelumnya, yaitu insiden penembakan mahasiswa oleh pasukan Tjakrabirawa di Istana Presiden. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, peristiwa ini terjadi karena adanya demonstrasi mahasiswa yang menuntut Tritura.

c.       Latar Belakang
Latar tempat: Puisi ini mengambil lokasi di Kampus UI Salemba, yang merupakan basis mahasiswa dalam mencanangkan aksi demonstrasinya menuntut Presiden Soekarno
Latar waktu: Ada dua latar waktu yang tersurat dalam puisi ini. Yang pertama adalah waktu sore hari dimana semua orang telah berkumpul di Salemba untuk berkabung, berduka atas meninggalnya Alm. Arief Rahman Hakim. Yang kedua adalah latar waktu di siang hari saat terjadi penembakan oleh pasukan Tjakrabirawa.
Latar suasana: Jelas tergambar suasana sedih dan berkabung dalam puisi ini. Suasana ini semakin jelas saat tiga anak kecil ini memberikan karangan bunga yang berpita hitam dan saat disebutkan bahwa ‘kakak’ tersebut mati ditembak









19 komentar:

Recent Posts

Pages

Text Widget

Popular Posts