A.
Unsur – Unsur Yang Terdapat Dalam Karya Fiksi
Teks
cerita fiksi adalah karya sastra yang berisi cerita rekaan atau didasari dengan
angan-angan (fantasi) dan bukan berdasarkan kejadian nyata, hanya berdasarkan
imajinasi pengarang. imajinasi
pengarang diolah berdasarkan pengalaman, wawasan, pandangan, tafsiran,
kecendikiaan, penilaian nya terhadap berbagai peristiwa, baik peristiwa nyata
maupun peristiwa hasil rekaan semata.
Jenis
cerita fiksi ada 3, yaitu:
·
Roman
1.
Novel
Novel
adalah karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan sifat dan watak setiap pelaku. Penulis novel disebut novelis.
a. Ciri-Ciri Novel
Novel mempunyai ciri-ciri utama,
berikut ini:
1)
Tema
di dalam novel tidak hanya 1, tetapi muncul juga tema sampingan lain. Sehingga
pengarang novel bisa membahas hampir semua segi persoalan.
2)
Tokoh/karakter
dalam novel bisa banyak. Tak jarang pengarang menghidupkan banyak tokoh cerita
yang setiap tokoh digambarkan secara lengkap.
3) Unsur novel terbagi menjadi 2,
yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
4) Novel mempunyai alur/plot kompleks,
berbagai peristiwa di dalam novel diperlihatkan saling berkaitan sehingga novel
bisa bercerita panjang lebar, persoalan dibahas secara luas, dan mendalam.
b. Unsur Intrinsik Novel
Unsur intrinsik adalah unsur yang langsung
membangun novel dan berada di dalam novel.
1)
Tema, yaitu
gagasan pokok yang mendasari novel (ide dasar novel).
2)
Alur/Plot, yaitu
rangkaian peristiwa demi peristiwa di dalam novel.
3)
Tokoh, yaitu perwatakan berkaitan
dengan pelaku dalam novel.
4)
Sudut Pandang, yaitu segi pandang
penulis dalam membawakan cerita. Sudut pandang berkaitan dengan penggunaan kata
ganti yang diceritakan penulis. apakah menggunakan kata ganti orang pertama,
kedua, atau ketiga.
5)
Latar, yaitu tempat dan waktu
terjadinya cerita dalam novel.
6)
Gaya Bahasa, yaitu gaya bahasa
berkaitan dengan penggunaan bahasa oleh penulis dalam novel tersebut.
7)
Amanat, yaitu pesan yang
terkandung dalam novel. Pesan tersebut umumnya merupakan ajaran moral yang
bersifat mendidik.
c. Unsur Ekstrinsik Novel
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar
novel tersebut. Unsur ekstrinsik tidak berhubungan langsung dalam membangun
novel.
1)
Latar belakang budaya penulis novel
2)
Pendidikan penulis novel
3)
Pengalaman penulis novel
2.
Cerpen
Cerpen (cerita pendek) adalah jenis karya sastra
berbentuk prosa dan bersifat fiktif yang menceritakan/menggambarkan suatu
kisah yang dialami oleh suatu tokoh secara ringkas disertai dengan berbagai
konflik dan terdapat penyelesaian atau solusi dari masalah yang dihadapi.
Cerita
pendek memberikan kesan tunggal atau fokus pada satu tokoh, mempunyai kurang
dari 10.000 kata dan didalamnya terdapat klimaks (puncak
masalah) dan penyelesaian. Cerpen cenderung singkat, padat, dan langsung pada
tujuannya.
a. Ciri-Ciri Cerpen
1)
Terdiri
kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) kata.
2)
Selesai
dibaca dengan sekali duduk.
3)
Bersifat fiktif.
4)
Hanya
mempunyai 1 alur saja (alur tunggal).
5)
Isi
dari cerita berasal dari kehidupan sehari-hari.
6)
Penggunaan
kata-kata yang mudah dipahami oleh pembaca.
8)
Penokohan dalam
cerita pendek sangat sederhana.
9)
Mengangkat
beberapa peristiwa saja dalam hidup.
10)
Kesan
dan pesan yang ditinggalkan sangatlah mendalam sehingga si pembaca ikut
merasakan isi dari cerita pendek tersebut.
b. Struktur Cerpen
1)
Abstrak: gambaran awal dari cerita yang
akan diceritakan, bersifat opsional..
2)
Orientasi: berhubungan dengan waktu, suasana,
tempat di dalam cerita pendek tersebut.
3)
Komplikasi: urutan kejadian yang dihubungkan
secara sebab dan akibat. Karakter dan watak tokoh biasanya terlihat di struktur
ini.
4)
Evaluasi: konflik yang terjadi dan menuju
pada klimaks serta mulai mendapatkan penyelesaian dari konflik tersebut.
5)
Resolusi: pengarang mengungkapkan solusi
terhadap masalah yang dialami tokoh dalam cerpen.
6)
Koda: nilai atau pelajaran yang bisa
didapat dari teks cerita pendek oleh pembaca.
c.
Unsur Intrinsik Cerpen
Unsur intrinsik adalah unsur yang
membentuk cerpen dari dalam. Unsur intrinsik tersebut yaitu:
1)
Tema:
gagasan utama yang menjadi dasar cerita jalannya cerita pendek.
2)
Alur/Plot:
tahapan urutan jalannya cerita pendek. Mulai dari perkenalan, konflik, klimaks,
penyelesaian.
3)
Setting:
meliputi latar/tempat, waktu, suasana yang terlihat cerita pendek.
4)
Tokoh:
pelaku yang ada dalam cerita pendek. Setiap tokoh mempunyai watak tersendiri.
5)
Penokohan:
sifat dari tokoh yang tercermin dari perilaku, sikap, ucapan, pikiran
,dan pandangannya terhadap suatu hal dalam cerita. Ada 2 mode penokohan:
o
Metode Analitik:
menggambarkan sifat tokoh yang ada dalam cerita secara langsung.
Contoh nya: pemalu, penakut, pembohong.
o
Metode Dramatik:
menggambarkan sifat tokoh digambarkan secara tidak langsungdengan
menggambarkan fisik, percakapan, dan reaksi tokoh lain.
6) Sudut Pandang: cara pandang yang digambarkan oleh pengarang dalam suatu
kejadian yang terjadi dalamnya. Sudut pandangnya:
o Sudut
pandang orang pertama: Ada pelaku utama dan sampingan.
· Pelaku
utama: “aku” akan menjadi pusat perhatian.
· Pelaku
sampingan: “aku” muncul hanya muncul dalam pengantar dan penutup cerita.
o Sudut
pandang orang ketiga: ada serbatahu dan pengamat.
· Serbatahu:
sudut pandang “dia”, pengarang atau narator mengetahui segala hal yang
berhubungan dengan tokoh “dia”.
· Pengamat:
pengarang hanya menggambarkan apa yang dirasakan, dialami, dilihat, dan dipikir
oleh seorang tokoh.
7) Amanat: pesan moral yang disisipkan pengarang dalam cerpen supaya
pembaca dapat menyerap pesan di dalamnya.
d.
Unsur
Ekstrinsik Cerpen
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang
membentuk cerpen dari luar. Unsur ekstrinsik tersebut yaitu:
1)
Latar Belakang Masyarakat: dapat
mempengaruhi terbentuknya jalan cerita dalam cerpen, misalnya: kondisi politik,
ideologi, sosial, dan ekonomi masyarakat.
2) Latar Belakang Pengarang: Latar belakang pengarang memuat
tentang pemahaman, faktor-faktor, atau motivasi pengarang untuk membuat sebuah
cerita pendek. Meliputi:
o Biografi:
Riwayat hidup pengarang. bisa mempengaruhi pembuatan cerita pendek melalui
pengalaman pribadi.
o Kondisi
Psikologis: meliputi mood dan motivasi, kondisi ini sangat mempengaruhi dengan
apa yang akan ditulis dalam cerita.
o Aliran
Sastra: berpengaruh dalam gaya penulisan bahasa yang digunakan pengarang.
B.
Unsur – Unsur Yang Terdapat Dalam Karya Puisi
Puisi adalah karya
sastra hasil ungkapan pemikiran dan perasaan manusia yang bahasanya terikat
oleh irama, matra, rima, penyusunan lirik dan bait, serta penuh dengan makna.
Puisi mengutamakan bunyi, bentuk dan juga makna yang hendak disampaikan. Suatu
karya puisi yang baik memiliki makna yang mendalam, makna diungkapkan dengan
memadatkan segala unsur bahasa. Bahasa pada puisi tidak sama dengan bahasa yang
kita pakai sehari – hari, Puisi menggunakan bahasa yang ringkas namun penuh
makna dan Kata – kata yang digunakan mengandung banyak pengertian.
1. Unsur
Intrinsik Puisi
a.
Unsur Tema
Tema adalah gagasan pokok atau
ide yang menjadi dasar suatu puisi. Setiap puisi mempunyai banyak hal yang
dibahas, namun pasti memiliki satu topik utama dari pembahasan tersebut. Nah
Topik Utama itulah yang disebut Tema.
b. Unsur
Suasana (Latar)
Suasana adalah unsur pemikiran
dan perasaan penyair yang mampu membuat suatu suasana terhadap pembaca atau
pendengar setelah membaca atau mendengar suatu puisi. Suasana merupakan akibat
yang ditimbulkan kepada pembaca atau pendengar. Suasana yang ditimbulkan bisa
gembira, sedih, terharu, dll. Semakin tersampaikannya suasana tersebut kepada
pembaca atau pendengar, maka semakin bagus puisi tersebut.
c. Unsur
Imaji
Imaji
merupakan gambaran yang ditimbulkan ketika membaca puisi tersebut. Gambaran
yang dimaksud bisa menyentuh pembaca atau pendengar melalui indra manusia,
pendengaran, penglihatan, perabaan, dll. Tujuan adanya Imaji adalah agar
pembaca atau pendengar mampu memahami dan benar – benar mengerti makna dari
puisi tersebut. Imaji biasanya dikategorikan kepada beberapa Citraan, yaitu :
§ Citraan
Penglihatan
§ Citraan
Pendengaran
§ Cintraan
Perabaan
§ Citraan
Penciuman
§ Citraan
Gerak
§ Citraan
Perasaan
§ Citraan
Intelektual
§ Citraan Pengecapan
d.
Unsur Simbol (Lambang)
Simbol atau lambang merupakan
unsur puisi yang menyatakan bahwa kata–kata dalam puisi bisa saja merupakan
suatu lambang untuk maksud dan tujuan yang lain. Contohnya “Hati yang Terbuat
Dari Baja”, kata “Baja” dalam baris puisi tersebut bisa melambangkan atau
menjadi simbol kekuatan yang sulit untuk dipecahkan.
e.
Unsur Musikalitas Puisi (Nada/Bunyi)
Sebuah puisi disusun atas kata
– kata tertentu yang penuh makna dan juga indah untuk didengar. Kata – kata
tersebut berfungsi terhadap keseluruhan makna yang terdapat dalam puisinya.
Musikalitas Puisi yang dimaksud adalah penyusunan kata – kata yang bermakna,
indah, dan juga menarik didengar bunyinya sehingga menarik bagi pembaca atau
pendengar puisi tersebut.
f.
Unsur Gaya Bahasa
Dasar dari suatu susunan puisi
adalah bahasanya. Setiap Penyair memiliki gaya bahasa yang berbeda – beda, gaya
bahasa ini menjadi pilihan penyair sesuai dengan pikiran dan perasaan saat
membuat puisi tersebut. Ada beberapa hal yang menyebabkan perbedaan pemilihan
kata pada puisi, diantaranya adalah bedanya zaman, pengalaman hidup penyair,
perbedaan tempat budaya, dll.
g.
Unsur Amanat
Seperti yang telah saya
jelaskan diatas, setiap puisi memiliki makna tertentu. Oleh karena itu puisi
yang baik memiliki amanat yang hendak disampaikan. Amanat merupakan pesan dari
penyair kepada pembaca atau pendengar setelah memahami tema, makna, bunyi, dan
makna dalam puisi tersebut. Amanat dalam suatu puisi biasanya disampaikan
secara tersirat, jadi kita harus memahami puisi tersebut dengan benar untuk
mendapatkan amanat penyair tersebut.
2. Unsur
Ekstrinsik Puisi
Unsur ekstrinsik adalah unsur
pada penyair yang tidak berhubungan secara langsung dengan puisi tersebut.
Artinya unsur ekstriksi adalah unsur luar puisi, diantaranya adalah :
a.
Keadaan Sosial Penyair
b.
Lingkungan Penyair
c.
Profesi Penyair
d.
Pengalaman Penyair
e.
Kondisi Ekonomi Penyair
f. Peran Penyair dalam Masyarakat
g.
Dll.
3. Ciri
– Ciri Puisi
Pada prinsipnya Unsur dan Ciri puisi tidak jauh berbeda, namun
secara umum puisi memiliki ciri – ciri sederhana sebagai berikut.
a. Pola Bunyi (rima)
Pola
Bunyi atau Rima adalah penataan bunyi dari kata – kata yang menyusun puisi
tersebut. Penataan bunyi tersebut dapat dilihat dari setiap baris juga bisa
diamati dari berberapa baris dalam satu bait. Penataan Bunyi Puisi bisa
dilakukan secara sengaja oleh penyair dan bisa juga tertata secara kebetulan.
b. Irama (Ritme)
Irama
bisa diartikan sebagai pergantian, keras lembut, lambat cepat, panjang pendek,
atau tinggi rendahnya pengucapan kata dalam puisi. Irama digunakan untuk
memperindah puisi sehingga nilai puisi tersebut baik. Irama dapat mempengaruhi
ketertarikan pembaca atau pendengar terhadap puisi.
c. Diksi (Pemilihan Kata)
Puisi
memiliki pemilihan kata yang khas, kata – kata dalam puisi tidak sama dengan
yang dipakai sehari – hari. Penyair biasanya memilih susunan kata yang indah,
enak didengar, dan juga memiliki makna yang mendalam sehingga pembaca atau
pendengar dapat menikmati puisi tersebut.
C.
Unsur – Unsur Yang Terdapat Dalam Karya Drama
Drama adalah suatu bentuk cerita
konflik sikap dan sifat manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada
pentas dengan menggunakan percakapan dan gerak (action) di hadapan pendengar
atau penonton (Asmara, 1983:5). Drama adalah karya yang memiliki dua dimensi
karakteristik, yaitu dimensi sastra dan dimensi sastra pertunjukan. Meskipun
drama ditulis dengan tujuan untuk dipentaskan, akan tetapi tanpa dipentaskan
sekalipun karya drama tetap dipahami, dimengerti, dinikmati.
Drama merupakan salah satu genre sastra yang dianggap paling
rumit. Jika dibandingkan dengan genre sastra lain seperti puisi dan prosa
tingkat kompleksitasnya lebih tinggi. Dalam drama, biasanya terdapat prosa
bahkan puisi dalam bentuk dialog. Dialog inilah yang menjadi ciri khas drama. Dialog
yang dimaksud bukanlah dialog yang berbentuk narasi, akan tetapi dialog dalam
deretan peristiwa yang membentuk plot (Atmazaki, 2005:43).
1. Jenis-jenis Drama
Jenis drama berdasarkan masanya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Drama Modern. Drama modern adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
b. Drama Klasik. Drama klasik adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istana atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.
Jenis drama berdasarkan isi kandungan ceritanya dibedakan menjadi:
a. Drama Komedi. Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
b. Drama Tragedi. Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
c. Drama Tragedi Komedi. Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
d. Opera. Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
e. Lelucon/Dagelan. Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
f. Operet. Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
g. Pantomim. Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
h. Tablau. Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
i. Passie. Passie adalah drama yang mengandung unsur agama/religi.
j. Wayang. Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang.
2. Unsur-unsur Drama
Menurut Hasanuddin (1996:76-103) unsur intrinsik dalam sebuah drama adalah sebagai berikut:
a. Tokoh, Peran dan Karakter
Tokoh, peran dan karakter ketiganya merupakan sesuatu yang berbeda satu sama lain, namun biasanya menyaran pada hal yang persis sama dalam kesatuan yang lebih luas pengertiannya yakni penokohan. Penokohan berkaitan dengan penamaan, pemeranan, keadaan fisik tokoh (aspek fisikologis), keadaan sosial tokoh (aspek sosiologis), serta karakter tokoh. Tokoh biasanya diidentikkan sebagai pelaku dalam cerita, peran dengan penempatan fungsi tokoh dan karakter sebagai perwatakan. Tokoh dalam cerita menempati posisi yang sangat strategis sebagai pembawa pesan, amanah ataupun sesuatu hal yang ingin disampaikan.
Berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita, tokoh dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada satu tokoh atau dua figur tokoh protagonis utama, yang dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita.
2) Tokoh antagonis, yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang menentang cerita, dan beberapa figur pembantu yang ikut menentang cerita.
3) Tokoh tirtagonis, yaitu tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun untuk tokoh antagonis.
b. Motif, Konflik, Peristiwa dan Alur
Suatu tindakan, perbuatan, atau laku tidak mungkin dilakukan begitu saja dan tiba-tiba oleh para tokoh. Harus ada alasan (logika imajinatif) tentang mengapa laku tersebut dilakukan oleh tokoh. Alasan tentang mengapa suatu laku atau juga peristiwa terjadi dapat disebutkan dengan istilah motif. Konflik dalam drama terletak pada suatu peristiwa atau kejadian, maka pembaca harus menginterpretasikan konflik kedalam bagian yang paling dasar yakni motif kokoh konflik itu muncul.
Alur drama merupakan hubungan antara satu peristiwa atau sekelompok peristiwa dengan peristiwa yang lain. Alur sebagai rangkaian peristiwa ini saling berhubungan secara kausalitas sesama peristiwa yang ada di dalam sebuah drama. Motif, konflik, peristiwa dan alur kesemuanya saling membangun.
Istilah alur sering disandingkan dengan istilah plot. Plot adalah berbagai peristiwa yang diseleksi dan diurutkan berdasarkan hubungan sebab akibat untuk mencapai efek tertentu dan sekaligus membangkitkan suspense dan suprise pada pembaca. Antara plot dan alur sebagai jalan cerita keduanya sama karena mengandung peristiwa yang saling berhubungan secara kausalitas atau sebab akibat.
Berdasarkan tahapanya, plot dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.
Tahap awal
(eksposisi). Pada tahapan awal diperkenalkan segala hal terkait
jalan cerita.
2.
Bagian tengah cerita
(komplikasi). Bagian ini mengembangkan konflik yang dimunculkan
di awal cerita.
3.
Tahap penyelesaian
(denouement). Pada tahap ini menjawab pertanyaan bagaimana
bentuk penyelesaian sebuah cerita.
c. Latar dan Ruang
Latar merupakan identitas permasalahan drama sebagai karya fiksionalitas yang secara samar diperlihatkan penokohan dan alur. Jika permasalahan drama sudah diketahui melalui alur dan atau penokohan, maka latar dan ruang memperjelas suasana, tempat, serta waktu peristiwa itu berlaku.
Latar memiliki tiga unsur pokok, yaitu:
1) Latar tempat, yaitu penggambaran tempat kejadian di dalam naskah drama.
2) Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama.
3) Latar suasana/budaya, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat, mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap, serta status sosial.
d. Penggarapan Bahasa
Penggarapan bahasa dalam drama mencakup pada bahasa yang dipergunakan pengarang atau sering disebut stile atau style. penggunaan bahasa menyangkut pada kemahiran pengarang mempergunakan bahasa sebagai medium drama, bahasa harus relevan dan menunjang permasalahan-permasalahan yang hendak dikemukakan, serasi dengan teknik-teknik yang digunakan, tepat dalam merumuskan alur, penokohan, latar dan ruang, dan tentu saja semua itu bermuara pada perumusan tema atau premisse naskah drama.
e. Tema (Presmisse) dan Amanat
Tema dan amanat dapat dirumuskan dari berbagai peristiwa, penokohan, dan latar. Tema adalah inti permasalahan yang hendak dikemukakan pengarang dalam karyanya. Tema merupakan hasil konklusi dari berbagai peristiwa yang terkait dengan penokohan dan latar. Dikarenakan sebuah hasil, tema ini dapat terlihat langsung dan jelas atau bahkan tidak terlihat sama sekali. Namun, sebuah tema pasti hadir karena inilah yang menjadi motif pengikat kesatuan jalan cerita.
Tema selalu disandingkan dengan amanat. Amanat merupakan opini, kecenderungan, dan visi pengarang terhadap tema yang dikemukakannya. Amanat di dalam drama dapat terjadi lebih dari satu, asal kesemuanya itu terkait dengan tema.
f. Dialog dan Kramagung
Ciri khas suatu drama adalah naskah itu berbentuk cakapan atau dialog. Sama halnya dalam kehidupan manusia, interaksi yang terjalin antara orang-orang melalui percakapan atau komunikasi. Istilah dialog bisa diartikan sebagai percakapan atau wawancang yang dilengkapi dengan kramagung. Wawancang ialah ucapan atau dialog yang dilakukan tokoh cerita, sedangkan kramagung ialah petunjuk teknis yang harus dilakukan tokoh cerita secara lahiriah yang disebut stage direction.
g. Babak dan Adegan
Ciri khas lain dari drama baik naskah atau pementasan yakni adanya pembagian babak dan adegan. Babak merupakan bagian naskah drama yang menerangkan semua peristiwa yang terjadi di suatu tempat, pada urutan waktu tertentu, atau kesatuan peristiwa yang terjadi pada suatu tempat dan pada suatu urutan waktu. Adegan ialah bagian dari babak yang batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa yang disebabkan oleh datang dan perginya seorang atau lebih tokoh. Babak dan adegan merupakan suatu kesatuan yang terjalin dari perubahan latar dalam naskah atau pementasan drama.
Daftar Pustaka
Komalasari, Dewi. 2012. Mengidentifikasi
Unsur Intrinsik Novel. Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
Siliwangi Bandung. (online) http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2012/09/Dewi-Komalasari-08210026.pdf. Diakses pada tanggal 17 September 2017.
Rakhmawati , Ani. 2014. Jurnal Analisis Unsur Intrinsik Dan Ekstrinsik Pada Kumpulan Cerpen. FKIP
Universitas Sebelas Maret. (online) https://media.neliti.com/media/publications/53908-ID-analisis-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik.pdf. Diakses pada tanggal 17 September 2017.
Supriyadi.
2006. Bahan Ajar Bahasa Indonesia. Jakarta : FIP UNSRI.
Taufina
. 2016 . Mozaik Keterampilan Berbahasa di
Sekolah Dasar. Bandung: Angkasa.