“PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN KUBUS SATUAN
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD”
PROPOSAL
Diajukan
untuk Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah Penelitian Pendidikan 2
Oleh:
Dr. Ir. Hj. Risda Amini, M.P.
Quratul Aini
16129379
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada
umunya anak sekolah dasar berada pada usia 7 – 12 tahun. Pada usia ini mereka
lebih suka bermain dari pada belajar. Mereka suka berjalan kesana kemari
berbicara dengan teman sekelas dibandingkan dengan duduk terpaku dengan terus memperhatikan guru
yang sedang mengajar di depan kelas. Walaupun mereka suka dengan bermain dan
berjalan di kelas ada waktu dimana mereka akan terfokus untuk belajar walaupun
itu dengan waktu yang singkat berkisar antara 10 sampai dengan 15 menit
pertama.
Pada
tahap usia 7 – 12 tahun ini anak sekolah dasar mempunyai rasa ingin tahu yang
sangat tinggi. Mereka akan bertanya apa saja yang membuat mereka penasaran.
Jika ada benda baru yang belum pernah dilihat mereka akan langsung bertanya.
Jika kita memberikan benda tersebut mereka akan langsung mengotak atik benda
tersebut akibat rasa ingin tahu mereka.
Ciri
ciri di atas merupakan ciri ciri anak sekolah dasar. Beberapa pernyataan diatas
sesuai dengan pendapat Piaget. Piaget merupakan seorang ahli psikologi kognitif
yang sangat berpengaruh. Menurut Piaget dalam Mustaqim ( 2012 : 14)
proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap tahap perkembangannya
sesuai dengan umurnya. Maka dari pendapat Piaget tersebut anak sekolah dasar
berada pada tahap yang disebut dengan tahap operasioanal konkret. Operasional
konkret adalah tahap ketiga dari empat tahap perkembangan kognitf(pengetahuan)
seseorang. Seperti yang telah dijelaskan diatas anak sekolah dasar suka dengan
bermain, mengotak atik, berjalan dan mempunyai daya konsentrasi yang sangat
singkat.
Berdasarkan
hal diatas sebaiknya pembelajaran di sekolah menggunakan benda benda yang dapat
menunjang proses pembelajaran. Tidak hanya benda guru juga dapat menggunakan
gambar untuk mengkonkritkan sebuah benda. Adapun benda benda atau alat yang
digunakan selama proses pembelajaran di sebut dengan media pembelajaran.
Media
pelajaran menurut Schramm dalam Miftahul
(2013:34) adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran. Pendapat lain mengenai pengertian media pembelajaran
menurut Briggs dalam dalam Daryanto (2011: 12) adalah sarana fisik untuk
menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, vidio, slide, ataupun
yang lainnya.
Berdasarkan
pendapat ahli di atas media pembelajaran dapat dijadikan alat atau benda yang
bisa dijadikan penunjang atau alat dalam menyampaikan pesan dari guru kepada
siswanya.
Penggunaan
media ini sangat cocok selama proses belajar karena media adalah sebagai sarana
konkrit dalam pembelajaran. Seharusnya guru guru yang mengajar di sekola dasar
menggunakan media dalam pembelajaran karena penggunaan media merupakan
pengaplikasian dari tahap operasional konkret anak sekolah dasar.
Namun
pada kenyataannya di lapangan guru hanya melakukan pembelajran konvensional.
Guru hanya menjelaskan dan siswa hanya menerima apa yang di berikan guru.
Selain dari itu guru langsung memberikan rumus dan tidak menjelaskan dari mana
datangnya rumus tersebut. Jika guru hanya memberikan rumus dan menjelaskannya maka
dimanakah media pembelajaran digunakan?. Akibatnya siswa banyak yang tidak
mengerti dan siswa pun tidak berani bertanya akibat tidak dilatih berbicara
oleh guruya. Sehingga hasil pembelajaran siswa menjadi rendah.
Khususnya
pada pembelajaran matematika penggunaan media sangat diperlukan misalnya pada
pembelajaran bangun ruang. Untuk mencari volume pada kubus atau balok guru
dapat menggunakan media kubus satuan. Dari media kubus satuan tersebut dapat
dirumuskan volume kubus dan balok tersebut.
Berdasarkan
ulasan di atas perlu adanya sebuah media pembelajaran khususnya pada
matematika. Penggunaan media pembelajaran matematika dapat memberikan dampak
positif kepada siswa.
Maka
dari itu peniliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran
Kubus Satuan Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD”
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, ada beberapa masalah yang dapat di defenisikan, yaitu:
1.Hasil
belajar kognitif siswa pada pembelajaran matematika masih rendah
2.Pembelajaran
matematika di anggap sebagai pembelajaran yang sulit
3. Guru
tidak menggunakan media pembelajaran dalam mengajarkan materi volume bangun
ruang
4. Kurangnya
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran matematika.
5. Pengetahuan
siswa hanya terbatas pada penjelasan guru dan buku paket
C.
Pembatasan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah yang dikemukakan, penulis membatasi masalah penelitian
pada :
1.
Penggunaan media
pembelajaran kubus satuan pada materi volime bangun ruang
2.
Hasil
belajar pada penelitian ini dibatasi pada hasil belajar kognitif siswa
pada materi volume bangun ruang di kelas V SDN 09 Belakang Balok
Bukittingi
D.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi
masalah, dan pembatasan masalah maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai
berikut”Apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media pembelajaran
kubus satuan terhadap hasil belajar kognitif siswa pada materi volume bangun
ruang di kelas V SD.
E.
Asumsi
Penelitian
Pada penelitian ini peneliti mengasumsikan bahwa pembelajaran matematika
materi volume bangun ruang dengan menggunakan media pembelajaran kubus satuan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memudahkan pemahaman mengenai materi
pembalajaran matematika yang bertolak pada konsep yang konkret yang dapat di
otak atik oleh siswa.
F.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian eksperimen ini bertujuan
untuk melihat pengaruh penggunaan media pembelajaran kubus satuan terhadap
hasil belajar siswa pada materi volume bangun ruang di sekolah dasar
G.
Manfaat
Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk melihat pengaruh penggunaan media kubus
satuan terhadap hasil belajar siswa pada materi matematika khususnya materi
volume bangun ruang. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan
pembelajaran matematika menjasdi lebih bermakna
2. Manfaat praktis
a. Bagi
peneliti
Hasil penelitian ini
dapat menambah pengetahuan, mengembangkan wawasan bepikir dan sebagai bahan refleksi bagi peneliti untuk
menyelesaikan salah satu permasalahan dalam pembelajaran matematika khususnya
yang terkait dengan penggunaan media pembelajaran serta meningkatkan keterampilan dalam
mengajar agar tujuan dalam pembelajaran tercapai.
b. Bagi
kepala sekolah
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai pendorong untuk selalu melakukan pembinaan
terhadap guru serta mencari inovasi untuk perkembangan, kemajuan, dan kualitas
sekolah agar tercapai tujuan sekolah dan tujuan pendidikan.
c. Bagi
guru
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran yang
bervariasi, salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran dan sebagai
bahan masukan untuk memperbaiki hasil pembelajaran khususnya pembelajaran
matematika.
d. Bagi
siswa
Penelitian ini dapat
meningkatkan hail belajar siswa tentang volume bangun ruang serta motivasi
belajar setelah menggunakan media pembelajaran.
e. Bagi
peneliti lain
Sebagai bahan rujukan
bagi peneliti lain dalam menggunakan media pembelajaran yang lebih menarik dan
mendorong siswa untuk memahami pembelajaran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Kajian
Teori
1.
Hakikat
Media Pembelajaran
Proses
interaksi yang terjadi antara guru dan peserta didik selama pembelajaran akan
menyalurkan informasi kepada pesera didik. Dalam menyampaikan informasi
tersebut dibutuhkan media pembelajaran mengingat matematika merupakan suatu
obyek yang abstrak.
a.
Pengertian
Media Pembelajaran
Media
pembelajaran terdiri dari dua buah kata yaitu media dan pembelajaran. Kata
media berasal dari bahasa Latin medium yang artinya perantara. Sedangkan
pembelajaran menurut Kokom (2011:3) merupakan suatu sistem atau proses
pembelajaran yang direncanakan, didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara
sistematis agar dapat mencapai tujuan yang efektif dan efisien.
Media
merupakan alat bantu yang dapat menunjang proses pembelajaran, atau media dapat
kita sebut juga dengan alat penyampaian informasi kepada peserta didik.
Ely
dalam Azar (2011:3)
menjelaskan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia
materi, atau kejadian yang membangun suatu kondisi yang mempu mempreroleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses
belajar terjadi (Sadiman, 2006).
Menurut Gagne dalam Arif (2011:3) menjelaskan bahwa media adalah berbagai jenis
komponen dalam lingkungan yang dapat merangsang untuk belajar.
Berdasarkan
pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah
sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan kepada peserta didik sehingga terjadilah proses belajar untuk
mencapai tujuan yang efektif dan efisien.
b.
Manfaat
Media Pembelajaran
Dalam
penggunaan media pembelajaran itu sendiri mempunyai banyak manfaat. Hamalik (2010:15) menjelaskan bahwa
pemakaian media pembelajaran dalam belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, meningkatkan motivasi, dan rangsanagan kegiatan
belajar dan membawa pengaruh pengaruh psikologis terhadap siswa.
Rudi
(2011:56) menyebutkan beberapa manfaat media pembelajaran secara umum adalah
sebagai berikut
1)Memperjelas pesan agar tidak verbalitis; 2)Mengatasi keterbatasan
ruang, waktu, tenaga dan daya indera; 3)Menimbulkan gairah belajar, interaksi
lebih langsung antara murid dengan sumber belajar; 4)Memungkinkan anak
belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan
kinestetiknya; 5)Memberi
rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang
sama.
Sedangkan
secara lebih khusus manfaat media pembelajaran menurut Sudjana dan Ahmad(2012:2)
1)Dapat
menumbuhkan motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih menarik
perhatian mereka;2)Makna
bahan pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga dapat dipahami siswa dan
memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian tujuan pengajaran;3)Metode mengajar akan
lebih bervariasi, tidak semata-mata didasarkan atas komunikasi verbal melalui
kata-kata;4)Siswa
lebih banyak melakukan aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya
mendengarkan tetapi juga mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan
memerankan.
Berdasarkan
pendapat para ahli diatas banyak sekali manfaat jika guru menggunakan media
dalam pembelajaran. Manfaat yang sangat dirasakan oleh peneliti yaitu
1) Dapat
meningkatkan motivasi belajar anak karena ada sebuah media yang dapat diotak
atik, yang dapat dilihat, yang dapat dirasakan oleh anak itu sendiri sehingga
membuat anak menjadi penasaran dan itu akan membuat anak menjadi semangat dalam
belajar
2) Membatasi
ruang dan waktu. Ini terjadi ketika pembelajarannya jauh dari lingkungan anak,
maka guru dapat mnggungakan media pembelajaran.
3) Dalam
penggunaan media pembelajaran pesera didik akan lebih menggunakan indera
penglihatan dan pendengarannya sehingga akan meningkatkan daya serap informasi
4) Pembelajaran
yang bervariasi dengan penggunaan media tidak akan membuat peserta didik jenuh
dibandingkn dengan pembelajaran konvensional dimana guru hanya melakukan
interaksi verbal untuk memberikan informasi kepada peserta didik sehingga anak
cepat menjadi bosan.
c.
Jenis
Jenis Media Pembelajaran
Banyak sekali jenis
jenis media pembelajaran diantaranya media visual(penglihatan),
audio(pendengaran), dan audio visual ( penglihatan dan pendengaran). Jenis
jenis media tersebut akan diuraikan sebagai berikut. Menurut Menurut
Rudy Brets, ada 7 (tujuh) klasifikasi media, yaitu :
1)Media
audio visual gerak, seperti : Film bersuara, film pada televisi, Televisi dan
animasi;2)Media
audio visual diam, seperti : Slide;3)Audio
semi gerak, seperti : tulisan bergerak bersuara;4)Media visual bergerak, seperti : Film bisu;5)Media
visual diam, seperti : slide bisu, halaman cetak, foto;6)Media audio, seperti :
radio, telephon, pita audio;7)Media
cetak, seperti : buku, modul
Anderson dalam Arif
(2010:6) mengelompokkan media menjadi 10 golongan sbb :
No
|
Golongan
Media |
Contoh
dalam Pembelajaran |
I
|
Audio
|
Kaset audio,
siaran radio, CD, telepon
|
II
|
Cetak
|
Buku pelajaran,
modul, brosur, leaflet, gambar
|
III
|
Audio-cetak
|
Kaset audio yang
dilengkapi bahan tertulis
|
IV
|
Proyeksi visual
diam
|
Overhead
transparansi (OHT), Film bingkai (slide)
|
V
|
Proyeksi Audio
visual diam
|
Film bingkai
(slide) bersuara
|
VI
|
Visual gerak
|
Film bisu
|
VII
|
Audio Visual
gerak,
|
film gerak
bersuara, video/VCD, televisi
|
VIII
|
Obyek fisik
|
Benda nyata,
model, specimen
|
IX
|
Manusia dan
lingkungan
|
Guru,
Pustakawan, Laboran
|
X
|
Komputer
|
CAI (Computer
Assisted Instructional=Pembelajaran berbantuan komputer), CMI (Computer
Managed Instructional).
|
Jadi
dapat disimpulkan bahwa janis janis media tersebut dapat diklafisikasikan
sebagai berikut
1) Media
Visual : yaitu media yang hanya dapat dilihat, seperti : foto, gambar, poster,
kartun, grafik dll.
2) Media
Audio : media yang hanya dapat didengar saja, seperti : kaset audio, mp3,
radio.
3) Media
Audio Visual : media yang dapat didengar sekaligus dilihat, seperti : film
bersuara, video, televise, sound slide.
4) Multimedia
: media yang dapat menyajikan unsur media secara lengkap, seperti : animasi.
Multimedia sering diidentikan dengan komputer, internet dan pembelajaran
berbasis komputer.
5) Media
Realita : yaitu media nyata yang ada di dilingkungan alam, baik digunakan dalam
keadaan hidup maupun sudah diawetkan, seperti : binatang, spesimen, herbarium
dll.
2.
Hakikat
Media Pembelajaran Kubus Satuan
a.
Pengertian
Media Pembelajaran Kubus Satuan
Dalam
pembelajaran materi volume bangun ruang khususnya volume balok dan volume
kubus, guru dapat menggunakan media pembelajaran kubus satuan untuk mencari
volumenya.
Volume
adalah satuan takaran yang digunakan untuk mnegisi sebuah bejana hingga penuh.
Sedangkan media kubus satuan yaitu sebuah balok persegi yang dimasukan ke dalam
bangun ruang ( kubus atau balok) yang akan dicari volumenya.
Dalam
menggunakan media pembelajaran kubus satuan ini lebih baik menggunakan balok
atau kubus yang transparan seingga peserta didik bisa melihat banyaknya kubus
satuan yang masuk ke dalam balok ataupun persegi tersebut.
b.
Langkah
Langkah Menggunakan Media Kubus Satuan
1) Guru mengajak siswa untuk mengukur volume balok
dan kubus
2) Guru
memperkenalkan media pembelajaran kubus satuan untuk mencari colume dari balok
dan kubus tersebut.
3) Guru
membimbing peserta didik cara mencari volume balok dan kubus dengan memasukan
kubus satuan kedalam bangun kubus dan balok
4) Minta
siswa untuk menghitung jumlah kubus satuan yang masuk kedalam balok dan kubus
tersebut.
5) Masukan
kubus satuan sampai kubus dan balok terisi penuh
6) Dengan cara yang sama, kita ajak siswa untuk mengukur
volume kubus transparan.
7) Dari
kegiatan tersebut guru dapat mengarahkan siswa kepada konsep volume suatu
bangun ruang adalah banyaknya satuan takaran(kubus satuan) yang dapat digunakan
untuk mengisi bejana(kubus dan balok) hingga penuh
3.
Hasil
Belajar
a.
Hakikat
Hasil Belajar
Hasil
belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi
tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif.
Menurut Rusman (2015:67), mengemukakan hasil belajar adalah sejumlah pengalaman
yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga
penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial,
macam-macam keterampilan, cita-cita, keinginan dan harapan. Hal tersebut senada
dengan pendapat Hamalik (2012:45) yang
menyatakan bahwa “hasil belajar itu
dapat terlihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk
juga perbaikan perilaku”.
Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar ditandai
dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi
kognitif, afektif maupun psikomotor. Proses perubahan dapat terjadi dari yang
paling sederhana sampai yang paling kompleks
Secara
sederhana yang dimaksud dengan hasil belajar peserta didik adalah kemampuan
yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Susanto, 2013:5) pendapat
tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Sudjana (2010:22) bahwa hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Oleh karena itu, proses pembelajaran
berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.
Hasil
belajar dari Bloom (dalam Sudjana, 2010:22) secara garis besar ada tiga ranah
yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
1)
Ranah kognitif berkenaan dengan
pengetahuan/hasil belajar intelektual siswa yang terdiri dari enam aspek, yakni
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek
berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi, 2)
ranah afektif berkenaan dengan sikap siswa yang terdiri dari dari lima
aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian organisasi, dan
internalisasi, 3) ranah psikomotor
berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa, ada enam aspek
yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketarampilan kompleks, dan gerakan
ekspresif dan interpretatif.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan sebagai wujud dari
tingkat penguasaan terhadap suatu pengetahuan yang disampaikan yang dimilki
oleh peserta didik setelah peserta didik tersebut mengalami aktifitas belajar
yang mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
b.
Faktor
yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut
Rusman (2015:67)” hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya”. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
menurut Munandi (dalam Rusman, 2015:67-68),” meliputi faktor internal dan
faktor eksternal”. Secara rinci dapat dijelaskan :
1)
Faktor
Internal
Faktor
internal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar, seperti
kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan
sebagainnya. Jika seorang siswa berada dalam keadaan kondisi yang sehat, mereka
akan mudah menyerap materi yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut dapat
mempengaruhi siswa dalam menerima pelajaran, sehingga hal tersebut dapat
mempengaruhi hasil belajar.
Hasil
belajar juga dipengaruhi oleh faktor psikologis setiap siswa, meliputi
intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motivasi, kognitif dan daya nalar
siswa .
2)
Faktor
Eksternal
Salah
satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor
lingkungan. Lingkungan yang baik akan mampu membuat hasil belajar siswa menjadi
lebih baik. Jika lingkungan yang berada di sekitar siswa kurang baik, itu akan
membuat hasil belajar siswa menjadi kurang baik. Karena faktor yang sangat
berpengaruh dalam menentukan hasil belajar siswa adalah faktor lingkungan.
4.
Pembelajaran
Matematika di SD
a.
Pengertian
Pembelajran Matematika di SD
Matematika
dalam pembelajarannya menuntut pemikiran yang logis dan kritis. Sedangkan Susanto (2016:183-185) menjelaskan bahwa “Matematika
adalah ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol dan merupakan salah satu
disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan beragumentasi,
memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia
kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi”.
Menurut
James ( Suherman
2012:18)
menyatakan matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk susunan, besaran
dan konsep-konsep yang berhubungan
dengan yang lainya dengan jumlah yang banyak yang terbagi menjadi tiga
bidang aljabar, anlisis dan geometri. Sujono ( 2010:4) mengemukakan
defenisi tentang matematika sebagai berikut:
1)Matematika adalah ilmu yang eksak dan terorganisir secara
sistematis;2)Matematika adalah cabang pengetahuan
manusia tentang bilangan kalkulasi;3)Matematika
membantu orang dalam menginterpretasikan secara tepat berbagai ide dan
kesimpulan;4)Matematika adalah ilmu yang berhubungan
dengan simbol-simbol dan bilangan
Suherman( 2012:57) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran matematika, para
siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang
sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek
(abstraksi). Suherman ( 2012:
58) Tujuan umum pembelajaran matematika adalah memberikan penekanan pada
keterampilan dalam penerapan matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainny
Berdasarkan defenisi dari pembelajaran matematika maka
dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pembelajaran matematika merupakan proses
komunikasi antara siswa dengan guru, dalam rangka perubahan sikap dan pola
pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan minatnya dalam mempelajari ilmu yang bersifat abstrak namun
konsep- konsepnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari dan membantu
dalam mempelajari ilmu pengetahuan lainnya.
b.
Volume
kubus dan Balok
1) Kubus
Sifat-sifat dari kubus adalah:
Memiliki
enam buah sisi dengan ukuran dan bentuk yang sama persis
Memiliki
12 buah rusuk yang sama.
Memiliki
delapan buah sudut yang besarnya sama
Rumus Volume Kubus :
Volume =
s x s x s
dengan s
= rusuk kubus
Contoh 1 :
Tentukan volume kubus yang memiliki panjang sisi = 5 cm
Tentukan volume kubus yang memiliki panjang sisi = 5 cm
Jawab :
Volume
= s x s x s
Volume
= 5 x 5x 5
Volume =
125 cm3
Contoh 2 :
Tentukan
volume kubus yang memiliki panjang sisi = 7 cm
Jawab :
Volume
= s x s x s
Volume =
7 x 7 x 7
Volume
= 343 cm 3
2)
Balok
Sifat-sifat dari balok adalah:
Memiliki
empat buah sisi dengan bentuk persegi panjang
Memiliki
dua buah sisi yang sama.
Memiliki empat buah rusuk yang sama.
Rumus Volume Balok :
Volume
= P X L X T
dengan P
= Panjang, L = Lebar, T = Tinggi
Contoh 1 :
Tentukan
volume balok yang memiliki panjang 5 cm, lebar 4 cm, tinggi 3 cm.
Jawab :
Volume =
P X L X T
Volume =
5 x 4 x 3
Volume =
60 cm3
Contoh 2 :
Tentukan
volume balok yang memiliki panjang 10 cm, lebar 5 cm, tinggi 4 cm.
Jawab :
Volume =
P X L X T
Volume =
10 x 5 x 4
Volume =
200 cm 3
B.
Penelitian
yang Relevan
1.
Zuaidah dengan judul
penelitian “pengaruh penggunaan medai kubus satuan terhadap hasil belajar siswa
di kelas V SDN Bubutan III / 71 Surabaya. Hasil penelitian menunjukan
berpengaruhnya penggunaan media pembelajarn terhadap hasil belajar siswa.
2.
Ahmad
Zubaidi dengan judul penelitian “penggunaan media pembelajaran tiga dimensi
untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas V SDN 1 Alas
Tengah Situbondo. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat peningkatan hasil
pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran tiga dimensi (kubus satuan)
3.
Wadiatmo
dengan judul penelitian Mengingkatkan hasil belajar peserta didik di kelas VI
SD Rajewesi 02 Kec Pagerbarang Kab Tegal dalam menentukan volume bangun ruang
melalui penggunaan alat peraga kubus satuan. Hasil penelitian menunjukan
terdapat peningkatan aktivitas belajar dalam pembelajaran
C.
Kerangka
Berfikir
Pembelajarn
matematika harus terjadi secara konkret. Hal ini bisa terwujud dengan
penggunaan media pembelajaran ( kubus satuan). Pembelajaran yang konvensioanl
akan menjadikan siswa kurang aktif dan cenderung pasif dalam pembelajaran,
serta pengetauannnya terbatas.
Materi
volume bangun ruang merupakan salah satu materi pembelajaran di kelas 5
semseter 2. Dalam materi tersebut siswa di tuntut untuk mengkontruksikan konsep
bangun ruang dengan skemata yang dimiliki siswa.
Dengan
menerapkan media pembelajarn kubus satuan dapat memperngaruhi hasil belajar
siswa pada materi bangun ruang ini. Hal ini dapat membuat pemahaman, dan
penguasaan terhadap konsep metematika.
D.
Hipotesis
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian dimana masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono,
2012:96). Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual yang telah
dikemukakan, maka rumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : tidak terdapat
pengaruh
penggunaan media pembelajaran kubus satuan terhadap hasil belajar siswa kelas V
SD
H1 : terdapat
pengaruh
penggunaan media pembelajaran kubus satuan terhadap hasil belajar siswa kelas V
SD
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Penelitian
ini adalah
penelitian kuantitatif
yang mengumpulkan angka-angka dengan menggunakan rumus statistik. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Sugiyono (2012:107)
menjelaskan bahwa “metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap
yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.
Desain
penelitian yang digunakan adalah desain eksperimen semu atau quasi eksperiment. Oleh karena itu dalam
pelaksanaannya menggunakan siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok
kontrol.
Dalam
penelitian ini peneliti akan menggunakan desain quasi eksperimen dengan bentuk Non
equivalent
Control Group Design yaitu desain eksperimen
quasi yang menggunakan pretest sebelum diberikan perlakuan, dan
posttest setelah diberikan perlakuan. Dengan desain penelitian sebagai berikut:
O1
|
X
|
O2
|
O3
|
O4
|
Sumber : Sugiyono (2012:112)
B.
Populasi,
Sampel dan Teknik Sampling
1.
Populasi
Menurut
Sugiyono (2012:117), mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik
tertentu yang diharapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya.
Jadi
populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda yang lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh
subjek atau objek tersebut.
Populasi
dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negri 09 Belakang Balok Bukitting
Tahun pelajaran 2018/2019.
2.
Sampel
Menurut
Sugiyono (2012 : 118), mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan
karaketristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini
terdiri dari 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen ditentukan oleh peneliti yaitu
dari kelas A dan kontrol dari kelas B
1. Kelompok
eksperimen
Kelompok
eksperimen yaitu mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan media kubus
satuan. Sampelnya adalah siswa kelas V A sebanyak 20 orang
2. Kelompok
kontrol
Kelompok kontrol yaitu
kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
konvensional. Sampel yang terpilih menjadi kelas kontrol adalah siswa kelas V B sebanyak 20 orang
3.
Teknik
Sampling
Teknik sampling adalah
cara pengambilan sampel dari populasi yang ada. Dalam penelitian ini, teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan cara Metode Acak
Sederhana (Simple Random Sampling). Metode acak sederhana diterapkan pada
populasi yang sangat homogen.Itu sebabnya, dimanapun dan siapapun yang terpilih
tidak akan mempengaruhi hasil yang akan didapatkan. metode yang digunakan
biasanya adalah mendaftar seluruh populasi lalu dengan menggunakan system
lotere, didapatkan sampel sesuai dengan besar sampel yang telah ditetapkan
sebelumnya.
4.
Defenisi
Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional
variabel merupakan batasan dari variabel-variabel yang diteliti. Menurut
Sugiyono (2012: 60) “ Variabel adalah suatu atribut seseorang atau objek yang
mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau suatu objek dengan
objek yang lain”. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel
bebes (independent variabel) dan
variabel terikat (dependent variabel).
a.
Variabel
Bebas (Independent)
Sugiyono
(2012: 61) menyatakan bahwa “Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel terikat (dependent). Variabel bebas dalam
penelitian ini yaitu media
pembelajaran kubus satuan
b.
Variabel
Terikat (Dependent)
Sugiyono (2012: 61)
menyatakan bahwa “Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas”. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa (Y).
C.
Instrumen
dan Pengembangannya
Instrumen
penelitian merupakan suatu alat pengumpul data yang akan digunakan dalam
penelitian, seperti yang diungkapkan Sugiyono (2012:133) “Instrumen adalah alat
yang digunakan dalam mengumpulkan data untuk mengukur nilai variabel yang akan
diteliti”. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah soal-soal
tes yakni mengukur hasil belajar kognitif siswa.
Instrumen
tes terdiri dari butir-butir soal tes dibuat berdasarkan indikator
pembelajaran. Tipe tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif.
Sebelum melakukan tes terhadap sampel, maka terlebih dahulu dibuat kisi-kisi
soal, kemudian dilakukan uji coba untuk mendapatkan soal yang baik.
Langkah-langkah yang di lakukan untuk menguji coba soal yaitu :
1.
Validitas
Instrumen
Validitas
instrumen merupakan cara untuk mengukur ketepatan alat penilaian. Menurut
Sugiyono (2012:182) secara teknis pengujian validitas isi dapat dilakukan
dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, yang didalamnya terdapat variabel yang
diteliti, indikator sebagai tolak ukur, dan butir-butir pertanyaan yang
dijabarkan dari indikator. Kemudian untuk menguji butir-butir pertanyaan
tersebut dilakukan analisis item soal. Untuk mengetahui valid tidaknya
instrumen suatu penelitian yang digunakan pada penelitian ini, maka perlu dilakukan
uji validitas item dari soal yang dibuat. Peneliti menggunakan rumus rumus
product moment
rxy =
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi X dan
Y
N = jumlah responden
ΣXY = total perkalian skor X dan Y
ΣY = jumlah skor variabel Y
ΣX = jumlah skor variabel X
(ΣX)2 = total kuadrat skor variabel X
(ΣY)2 = total kuadrat skor variabel Y
(Suharsimi Arikunto, 2007:
171)
Indek Validitas Soal
|
Kriteria
|
|
1
|
0,80-1,00
|
Sangat Tinggi
|
2
|
0,60-0,80
|
Tinggi
|
3
|
0,40-0,60
|
Cukup
|
4
|
0,20-0,40
|
Rendah
|
5
|
0,00-0,20
|
Sangat
Rendah
|
2.
Reliabilitas
Instrumen
Reliabilitas
instrumen digunakan untuk mengukur apakah suatu instrumen dapat dikatakan
tetap. Menurut Sudjana (2010:16)
reliabilitas adalah ketetapan atau
keajegan alat penilaian dalam menilai apa yang dinilainya, artinya kapanpun
alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.
Reliabilitas
instrumen dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan keajegan
butir-butir soal tes sehingga dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.
Reliabelitas instrumen dapat dilakukan dengan menggunkan rumus Product moment. Menurut Purwanto (2011:162) pengujian
reliabilitas dapat dihitung sebagai berikut :
keterangan :
X = Skor butir belahan
ganjil
Y = Skor butir belahan
genap
N = Jumlah responden
Setelah diketahui
reliabilitas instrumen, maka hasil reliabilitas tersebut dikategorikan ke dalam
tabel kriteria indeks reliabilitas berikut:
No
|
Indek Reliabilitas Soal
|
Kriteria
|
1
|
0,90 ≤ r ≤ 1,00
|
Sangat Tinggi
|
2
|
0,70 ≤ r ≤ 0,90
|
Tinggi
|
3
|
0,40 ≤ r ≤ 0,70
|
Cukup
|
4
|
0,20 ≤ r ≤ 0,40
|
Rendah
|
5
|
r < 0,20
|
Sangat Rendah
|
Lestari (2015 : 206)
3.
Daya
Pembeda Butir Soal
Analisis
soal selanjutnya adalah melakukan analisis daya pembeda. Menurut Nana (2010:141) analisis daya
pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan
soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu atau siswa yang tinggi
prestasinya dengan siswa yang tergolong lemah prestasinya.
Cara
yang dapat dilakukan dalam analisis daya pembeda adalah dengan menggunakan :
D =
Keterangan :
D
= Daya beda soal
Ba = Jumlah kelompok kelas atas
yang menjawab benar
Bb = jumlah kelompok bawah atas
yang menjawab benar
Ja
= Jumlah peserta kelompok atas
Jb
= Jumlah peserta kelompok bawah
Setelah
diketahui nilai daya beda dari sebuah soal, maka dapat dilihat klasifikasi menurut Lestari
(2015:217) pada tabel berikut :
No
|
Indeks Daya Beda
|
Klasifikasi
|
1
|
0,70 – 1,00
|
Baik sekali
|
2
|
0,40 – 0,70
|
Baik
|
3
|
0,20 – 0,40
|
Cukup
|
4
|
0,00 – 0,20
|
Jelek
|
5
|
Negatif
|
Sangat jelek
|
Arikunto (2009:213)
4.
Indeks
Kesukaran Soal
Langkah
selanjutnya dalam menganalisis soal adalah dengan menganalisis indeks kesukaran
soal. Menurut Sudjana (2010:135)
indeks kesukaran merupakan bentuk analisis terhadap soal dipandang dari
kesanggupan siswa menjawabnya untuk mengetahui proporsi dan kriteria soal yang
termasuk mudah, sedang dan sukar.
Cara
menetukan indeks kesukaran sebuah soal adalah dengan rumus sebagai berikut :
I =
Keterangan :
I
= Indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B = Banyaknya siswa yang menjawab
dengan benar butir soal
N = Banyaknya siswa yang
memberikan jawaban benar pada n soal
Yang dimaksud Indeks
kesukaran soal dapat berpedoman kepada tabel klasifikasi berikut :
Tingkat Kesukaran
|
Klasifikasi Soal Tes
|
0,70 - 1,00
|
Mudah
|
0,30 - 0,70
|
Sedang
|
0,00 - 0,30
|
Sukar
|
Arikunto (2012 : 225)
D.
Pengumpulan
Data
1.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara-cara yang
digunakan untuk memperoleh data empiris untuk penelitian. Dalam penelitian ini
teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan tes awal yang dilakukan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (postest) pada kedua kelas yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang pertama adalah pretest, tes ini dilakukan untuk mendapatkan data awal mengeai
gambaran pengetahuan siswa tentang soal yang diberikan sebelum dilakukan
pembelajaran. Selanjutnya tes yang kedua adalah posttest yang dilakukan
untuk mendapatkan data akhir yang akan dianalisis
E.
Teknis
Analisis Data
Teknik
analisis data adalah kegiatan mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis
responden, berdasarkan variabel dari seluruh responden menyajikan data dari
tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang
diajukan. Tujuan analisis data dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh
data kepastian apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
pembelajaran terpadu tipe
webbing.
Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik inferensial. Statistik inferensial
merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel
dan hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2012:209). Statistik ini
sangat cocok digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas. Statistik inferensial terbagi dua bentuk, yaitu
statistik parametris dan statistik nonparametris. Statistik parametris
digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran
populasi melalui data sampel. Sedangkan statistik non parametris tidk menguji
parameter populasi tetapi menguji distribusi.
a.
Uji
Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui normal tidaknya persebaran data yang akan dianalisis. Uji normalitas yang digunakan peneliti adalah
menggunakan perhitungan uji normalitas Liliefors
untuk mengetahui penyebaran
distribusi dengan taraf signifikan 0,05.
Rumus: Lh= | F (Z) – S (Z) |
Lhitung<Ltabel
: data berdistribusi normal
Lhitung>Ltabel
: data berdistribusi tidak normal
Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk melakukan
uji Liliefors (Sudjana, 2010: 466) antara lain:
1)
Mencari nilai Zscore,
dengan rumus: Z = (Xi - Mean)/SD
2)
Menentukan nilai Ztabel
{F(Z)} dengan menggunakan tabel Normal Baku berdasarkan nilai Zscore.
3)
Menentukan S(Z) dengan
rumus
4)
Menghitung harga
Liliefors hitung dengan rumus: Lh = |F(Z)-S(Z)|
5)
Mencari nilai Liliefors terbesar sebagai Lhitung
6)
Menentukan harga Liliefors tabel.
7)
Membuat kesimpulan:
a.
Jika harga Lh<Lt,
maka data berdistribusi normal
b.
Jika harga Lh>Lt,
maka data tidak berdistribusi normal
b.
Uji
Homogenitas
Uji
homogenitas hanya dilakukan apabila persebaran data menunjukan berdistribusu
secara normal. Uji homogenitas sangat diperlukan untuk membuktikan data dasar
yang akan diolah adalah homogen, sehingga segala bentuk pembuktian
menggambarkan yang sesungguhnya, bukan dipengaruhi oleh variansi yang terdapat
dalam data yang akan diolah. Uji homogenitas dalam penelitian ini adalah Uji
Fisher karena uji homogenitas ini dapat digunkan jika jumlah sampel antar kelompok
sama. Uji Fisher dapat dihitung dengan rumus:
Hasil
hitung F (max) dibandingkan dengan F (max) tabel. Adapun kriteria pengujiannya
sebagai berikut: Jika
nilai signifikansinya F (max) hitung ≤ F (max) tabel maka dapat dikatakan
sampel diambil dari populasi yang homogen atau jika signifikansi F (max) hitung
> F (max) tabel maka sampel yang diambil dari populasi yang tidak homogen
(Irianto, 2008:276).
c. Uji
Hipotesis
Jika
sudah diketahui sebuah data berdistribusi normal dan memiliki varians yang
homogen, baru dilakukan analsis, data sesuai dengan teknik analisis yang telah
dilakukan, yaitu dengan melakukan uji-t. Menurut Sugiyono (2012:273) menguji
data yang telah diperoleh tersebut sebagai berikut :
Taraf signifikan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu taraf 0,05 dan “df/db = n1+ n2 – 2. Kriteria keputusan
sebagai berikut :
a)
Jika nilai thitung
> ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak
b)
Jika nilai thitung
< ttabel maka Ha ditolak dan Ho diterima
Lampiran Soal
1. Perhatikanlah
bangun balok dibawah ini.
a. Berapakah volume balok
tersebut?
b. Perhatikanlah
bangun balok di bawah ini! Berapakah
Berdasarkan
gambar di atas, tentukanlah panjan, lebar, dan tingginya. Setelah diketahui
hitunglah volume bangun tersebut.
2. Diketahui
ada sebuah bangun berbentuk kubus yang masing kosong.
Setelah itu
dimasukan kubus satuan sebanyak 27 buah
kedalam bangun tersebut. 1 kubus satuan tersebut berukuran 1 cm.
Tentukanlah
berapa panjang, lebar dan tinggi bangun tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Oktavia,Wulan,Risda Amini and Syafri Ahmad "Pengaruh Penggunaan Model Polya
Terhadap Hasil Belajar Soal Cerota Pecahan Siswa Kelas V SDN." e _
journal pembelajaran inovasi,jurnal ilmiah pendidikan dasar 6.2 (2018)
Trisno, Trisno, Risda Amini and Irdamurni Irdamurni. "
The Effect Of Problem Solving Method Oj Motivation And Learning Mathematics
Result Ls Of Class V SDN 29 Saok Laweh Kabupaten Solok" . Internasional
journal of educational dynamics 1.1 (2018):303_308
Puri, Defanggi Aldriana Ayurisma,Lies Lestari and Idam
Ragil Widianto Atmojo. "Penerapan Pendekatan Realistik Mathematics
Eslducation (Rme)Untuk Mwningkatkan Pemahaman Konsep Sifat Bangun Ruang Pada
Siswa Sekolah Dasar" Didaktika dwija indria 5.8 (2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar